pramuka peduli lingkungan




PRAMUKA PEDULI LINGKUNGAN

Pramuka Dunia di bumi perkemahan Rinkaby, Kristianstad, Swedia, diajak untuk peduli lingkungan hidup. Jambore Pramuka Dunia kali ini dicanangkan sebagai pramuka hijau.

Gerakan Pramuka dari beberapa negara juga mengembangkan program Pramuka peduli lingkungan hidup. Upaya ini untuk mendorong partisipasi dan kontribusi anggota Pramuka di seluruh dunia untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup.

Di setiap sudut area perkemahan sekitar tiga hektar disediakan tong-tong sampah yang diklasifikasikan antara sampah yang dapat didaur ulang, sampah yang dapat dibuat pupuk, dan sampah yang dimusnahkan. Bahkan, kotoran manusia di bumi perkemahan juga dimanfaatkan sebagai biogas untuk sumber energi.
Selebaran-selebaran untuk mendorong gerakan 3R, yakni reduce, reuse, dan recycle atau mengurangi, menggunakan kembali, dan mendaur ulang, tersebar di banyak tempat. Di perkemahan-perkemhan tiap kontingen disediakan beragam tempat sampah sesuai jenisnya.
Gerakan pramuka dari beberapa negara juga mengembangkan program pramuka peduli lingkungan hidup. Upaya ini untuk mendorong partisipasi dan kontribusi anggota pramuka di seluruh dunia untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup dalam rangka menciptakan kehidupan dunia yang lebih baik.
Dalam berbagai aktivitas peserta, khususunya anggota pramuka berusia 14-18 tahun, juga diperkenalkan dengan ancaman dunia terhadap persoalan lingkungan hidup.
Aktivitas di Global Village Development diisi dengan beberapa organisasi dunia yang peduli terhadap lingkungan hidup yang memberikan wawasan soal pentingnya menjaga lingkungan hidup dengan cara-cara sederhana dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan dilaksanakan, mulai dari diskusi hingga praktik mendaur ulang sampah. Ada juga gerai sponsor yang memberikan produk susu, tetapi botolnya harus dikembalikan untuk mencontohkan praktik menggunakan kembali.

 pramuka dan Pelestarian Lingkungan Hidup

SEJAK awal didirikan, gerakan kepanduan sangat fokus terhadap pengembangan kehidupan generasi muda, khususnya pembentukan watak dan kepribadian (character building).
Dari awal berdiri pula, gerakan kepanduan memanfaatkan alam sebagai learning centre. Berkegiatan di alam bebas pulalah yang membuat remaja dan anak-anak di Inggris kala itu sangat antusias mengikuti kegiatan ini. Antusiasme itu muncul setelah mereka membaca buku Aids to Scouting dan Scouting for Boys karangan Baden-Powell, yang berisikan kegiatan menarik dan cara hidup alam terbuka.
Dalam kepanduan, sebagian besar bentuk penyampaian unsur pembinaan bagi anggotanya dikemas dengan bentuk permainan mendidik yang dilakukan di alam terbuka. Dengan demikian, hubungan gerakan kepanduan dengan alam sangat dekat tidak dapat dipisahkan.
Sikap peduli terhadap lingkungan merupakan kewajiban setiap anggota kepanduan. Sebagai wujud nyata kepedulian terhadap lingkungan di seluruh dunia, organisasi gerakan kepanduan sedunia, WOSM (World Organization of the Scout Movement) telah menjadi mitra terdepan UNEP (United Nations Environment Programme) dalam menjalankan program "Clean Up the World".
Program gagasan Ian Kiernan dari Australia ini awalnya merupakan untuk program lokal di Australia. Sementara UNEP meluncurkannya pada tahun 1993 dengan menjaring anggota siapa pun, baik perseorangan maupun organisasi di seluruh dunia yang peduli terhadap lingkungan. Tahun 2007, anggota kepanduan di berbagai negara ikut terlibat dalam menjaga kelestarian lingkungan dalam rangka mendukung program ini. Di Aljazair, hampir 100 anggota kepanduan selama dua hari membersihkan lingkungan kota dan lebih dari 350 kantong sampah dikumpulkan. Kegiatan serupa berlangsung di Turki, Filipina, dan belahan dunia lainnya.
Dalam gerakan kepanduan di Indonesia (Pramuka), sikap peduli terhadap sesama maupun lingkungan telah jelas tertuang dalam salah satu poin yang terdapat dalam Prinsip Dasar Kepramukaan dan Kode Kehormatan Pramuka (Trisatya dan Dasadarma).
Sebagai bentuk kepedulian terhadap kondisi masyarakat dan lingkungan sekitar, Kwartir Nasional Gerakan Pramuka juga membentuk Satgas Pramuka Peduli. Telah banyak aksi yang dilakukan oleh satuan tugas ini dalam upaya melestarikan lingkungan maupun lainnya. Pada tahun 2006, misalnya, dalam aksi Pramuka Peduli Tingkat Nasional yang dipusatkan di Depok, anggota Pramuka dikerahkan dalam berbagai bentuk kegiatan sosial, seperti penyuluhan pengolahan sampah, kerja bakti, pelayanan kesehatan, dll. Sementara pada tahun 2007, dalam rangka Hari Pramuka ke-46 di Kepulauan Seribu, lebih dari 200 anggota Pramuka dan warga sekitar dilibatkan dalam aksi peduli pantai, dengan menanam pohon mangrove dan pohon pelindung di pesisir pantai Kepulauan Seribu dan sekitar perumahan penduduk. Selain itu, mereka juga membersihkan sampah dan memberi pelatihan kepada masyarakat cara mengelola sampah yang benar.
Aksi kepedulian seperti ini sangat dibutuhkan di tengah kondisi banyak masyarakat yang apatis terhadap lingkungan. Salut, untuk anggota kepanduan di seluruh dunia dan Pramuka di Indonesia yang telah ikut terlibat secara konsisten menjaga kelestarian lingkungan. (H. Dimayanti, pencinta Gerakan Pramuka)***
If you’re not holding your Go Green Week now or are planning one for later in the year, check out all our guides and advice on how to make it a huge success.
ampanye tentang Go Green tidak hanya tentang penggunaan barang hasil pabrik dan industri rumah tangga, namun juga merambah dunia teknologi.. Dari yang tadinya 3R (Reduce,Re-Use dan Recycle), sekarang bertambah dengan adanya Repair dan Refuse..
Reduce berarti kita mengurangi penggunaan bahan-bahan yang bisa merusak lingkungan. Reduce juga berarti mengurangi belanja barang-barang yang anda tidak “terlalu” butuhkan seperti baju baru, aksesoris tambahan atau apa pun yang intinya adalah pengurangan kebutuhan. Kurangi juga penggunaan kertas tissue dengan sapu tangan, kurangi penggunaan kertas di kantor dengan print preview sebelum mencetak agar tidak salah, baca koran online, dan lainnya.
Reuse sendiri berarti pemakaian kembali seperti contohnya memberikan baju-baju bekas anda ke yatim piatu. Tapi yang paling dekat adalah memberikan baju yang kekecilan pada adik atau saudara anda, selain itu baju-baju bayi yang hanya beberapa bulan dipakai masih bagus dan bisa diberikan pada saudara yang membutuhkan.
Recycle adalah mendaur ulang barang. Paling mudah adalah mendaur ulang sampah organik di rumah anda, menggunakan bekas botol plastik air minum atau apapun sebagai pot tanaman, sampai mendaur ulang kertas bekas untuk menjadi kertas kembali. Daur ulang secara besar-besaran belum menjadi kebiasaan di Indonesia. Tempat sampah yang membedakan antara organik dan non-organik saja tidak jalan. Malah akhirnya lebih banyak gerilyawan lingkungan yang melakukan daur ulang secara kreatif dan menularkannya pada banyak orang dibandingkan pemerintah.
Repair menjadikan 3R menjadi 4R. Repair memang banyak dilupakan oleh banyak orang, dan ini sebenarnya adalah hal yang terpenting di Indonesia. Repair adalah usaha perbaikan demi lingkungan. Contoh memperbaiki barang-barang yang rusak agar bisa kita gunakan kembali seperti sepatu jebol yang kita perbaiki karena dengan begitu kita tidak perlu membeli sepatu baru. Hal lain yang lebih besar adalah reboisasi atau perbaikan lahan kritis karena dengan ini kita bisa memiliki daerah resapan yang lebih besar dan menahan limpahan air yang bisa menyebabkan longsor. Penanaman bakau juga merupakan perbaikan lingkungan. Vulkanisir ban juga repair sehingga dapat kita reuse.

Refuse, menolak dan menghindari pemakaian bahan yang menggunakan plastik dan lebih memilih bahan yang lebih natural. Karena seperti kita ketahui bahwa bahan plastik yang terbuang tidak terurai seperti pada bahan natural. Juga sebagai contoh lain adalah pada saat kita berbelanja di pasar ataupun supermarket, sebaiknya kita MENOLAK staff yang menawarkan pemakaian tas plastik yang berlebihan pada belanjaan kita, karena sampai dirumah pun kita percaya masih banyak tas sebelumnya yang tidak terpakai. Bahaya Sampah Plastik Bagi Lingkungan dan Kesehatan!!!

NETIZEN--Salah satu faktor yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup yang sampai saat ini masih tetap menjadi "PR" besar bagi bangsa Indonesia adalah faktor pembuangan limbah sampah plastik. Kantong plastik telah menjadi sampah yang berbahaya dan sulit dikelola.
Diperlukan waktu puluhan bahkan ratusan tahun untuk membuat sampah bekas kantong plastik itu benar-benar terurai. Namun yang menjadi persoalan adalah dampak negatif sampah plastik ternyata sebesar fungsinya juga.


Lalu apakah anda tahu bahaya apa saja yang disebabkan kantong plastik bagi lingkungan hidup?
Dibutuhkan waktu 1000 tahun agar plastik dapat terurai oleh tanah secara terdekomposisi atau terurai dengan sempurna. Ini adalah sebuah waktu yang sangat lama. Saat terurai, partikel-partikel plastik akan mencemari tanah dan air tanah.
Jika dibakar, sampah plastik akan menghasilkan asap beracun yang berbahaya bagi kesehatan yaitu jika proses pembakaranya tidak sempurna, plastik akan mengurai di udara sebagai dioksin. Senyawa ini sangat berbahaya bila terhirup manusia. Dampaknya antara lain memicu penyakit kanker, hepatitis, pembengkakan hati, gangguan sistem saraf dan memicu depresi.
Kantong plastik juga penyebab banjir, karena menyumbat saluran-saluran air, tanggul. Sehingga mengakibatkan banjir bahkan yang terparah merusak turbin waduk.
Diperkirakan, 500 juta hingga satu miliar kantong plastik digunakan di dunia tiap tahunnya. Jika sampah-sampah ini dibentangkan maka, dapat membukus permukaan bumi setidaknya hingga 10 kali lipat! Coba anda bayangkan begitu fantastisnya sampah plastik yang sudah terlampau menggunung di bumi kita ini. Dan tahukah anda? Setiap tahun, sekitar 500 milyar – 1 triliyun kantong plastik digunakan di seluruh dunia. Diperkirakan setiap orang menghabiskan 170 kantong plastik setiap tahunnya (coba kalikan dengan jumlah penduduk kotamu!)
Lebih dari 17 milyar kantong plastik dibagikan secara gratis oleh supermarket di seluruh dunia setiap tahunnya. Kantong plastik mulai marak digunakan sejak masuknya supermarket di kota-kota besar.

Sampah plastik dapat menyebabkan perubahan iklim?
Sejak proses produksi hingga tahap pembuangan, sampah plastik mengemisikan gas rumah kaca ke atmosfer. Kegiatan produksi plastik membutuhkan sekitar 12 juta barel minyak dan 14 juta pohon setiap tahunnya. Proses produksinya sangat tidak hemat energi. Pada tahap pembuangan di lahan penimbunan sampah (TPA), sampah plastik mengeluarkan gas rumah kaca.
Lantas, apa solusinya mengatasi sampah kantong plastik?
Berbagai upaya menekan penggunaan kantong plastik pun dilakukan oleh beberapa Negara. Salah satunya dengan melakukan upaya kampanye untuk menghambat terjadinya pemanasan global. Sampah kantong plastik telah menjadi musuh serius bagi kelestarian lingkungan hidup. Jika sampah bekas kantong plastik itu dibiarkan di tanah, dia akan menjadi polutan yang signifikan. Kalau dibakar, sampah-sampah itu pun akan secara signifikan menambah kadar gas rumah kaca di atmosfer.
Apa yang harus kita lakukan?
Kurangi penggunaan kantong plastik sekarang juga dan gunakan tas kain setiap kali berbelanja. Jika hanya membeli sedikit, masukan barang belanjaan ke dalam tas. Ingatkan orang rumah atau teman kamu untuk selalu membawa tas kain saat belanja. Hubungi supermarket, mall dan toko buku langganan kamu untuk berhenti memberikan kantong plastik.
Namun seperti diungkapkan anggota Dewan Pakar Dewan Pemerhati Kehutanan dan lingkungan Tatar Sunda (DPLKTS) Sobirin, pengolahan sampah menjadi solusi terbaik. Jika rumah tangga atau komunitas terkecil di lingkungan belum bisa mengolahnya, di daur ulang, maka pemilahan menjadi langkah kecil terbaik.



Terlepas dari usaha dan upaya tersebut, menurut pendapat saya pribadi semuanya akan berpulang kembali kepada individu-individu masing-masing. Dan kesadaran dirilah yang menentukan berjalan atau tidaknya langkah-langkah yang telah di anjurkan.
Saat berbagai Negara mulai melarang dan merespon terhadap bahaya penggunaan kantong plastik, seperti di Kenya dan Uganda malah sudah secara resmi melarang penggunaan kantong plastik. Sejumlah Negara mulai mengurangi penggunaan kantong plastik diantaranya Filipina, Australia, Hongkong, Taiwan, Irlandia, Skotlandia, Prancis, Swedia, Finlandia, Denmark, Jerman, Swiss, Tanzania, Bangladesh, dan Afrika Selatan. Singapura, sejak April 2007 berlangsung kampanye ‘Bring Your Own Bag’ (bawa langsung kantong anda sendiri), digelar oleh The National Environment Agency (NEA). Dan Pemerintahan China juga telah mengeluarkan rancangan undang-undang (RUU) mengatasi kantong plastik. Dan reaksi yang telah disiapkan antara lain pelarangan penggunaan tas plastik di Departement Store.Para pembeli akan dikenakan bayaran untuk kantong plastik dan akan diberlakukan standardisasi produksi tas plastik.
Sedangkan bagaimana dengan Indonesia sendiri? Pemerintah belum secara nyata membuat kebijakan tersebut. Menyadari dengan kondisi Indonesia yang sekarang ini maka terinspirasilah dari berbagai informasi tentang pelarangan penggunaan kantong plastic dari berbagai Negara. Mahasiswa Teknik Lingkungan (HMTL) ITB sejak sebulan terakhir mulai menjalankan kampanye untuk ‘memusuhi’ kantong plastik, seperti yang dilakukan oleh Negara Singapura.
HMTL berupaya membangun komunitas yang benar-benar sadar akan bahaya penggunaan plastik secara berlebihan. Acara “Plastic Phobia” yang merupakan rangkaian akhir dari “Anti Plastic Campaign Bag” atau Kampanye Anti Kantong Plastik itu diwarnai oleh “happening art” dan aksi seni instalasi dari mahasiswa Design Grafis ITB.


“Semangat merubah budaya penggunaan kantong plastik perlu dilakukan dari individu masing-masing. Upaya ini sangat positif untuk menghentikan bencana lingkungan akibat kantong plastik di masa depan” kata Rektor ITB Prof. Dr. Joko Santoso di sela-sela acara kampanye itu. Menurut Joko, sudah selayaknya kawula muda lebih peduli dan ramah kepada lingkungan, karena generasi muda akan menentukan penyelamatan lingkungan di masa mendatang.
Jadi ingat, jangan membakar sampah plastik karena jika sampah itu di bakar racun yang ada dalam sampah tersebut akan membuat polusi di udara termasuk pada udara yang kita hirup yang dapat membuat kita sakit. Jangan mengubur sampah plastik karena racun yang ada di dalam sampah akan meresap atau merembes kedalam tanah dan membuat air yang ada dalam tanah akan tercemar begitu juga lingkungan di sekitarnya. Jangan membuang sampah plastik, karena racun yang ada dalam sampah dapat mencemari lingkungan di sekitar kita, makhluk hidup dan lingkungan kita akan mengalami kerusakan dan racun akan terus bertambah dimana-mana.


Beberapa Solusi Sampah Plastik Kita

“BRING YOU ON BAG (BYOB)”
Itu adalah salah satu slogan dari tren yang ada di seluruh dunia. Kita bisa mulai mengurangi sampah plastik kita dengan bukan tidak memakainya tetapi menggantikannya.
  1. Jangan pakai kantong plastik untuk belanja. Bawa sendiri tas belanjan yang dapat selalu dipergunakan lagi.
  2. Jangan langsung buang botol plastik sesudah minum. Isi air lagi dan pakai kembali walaupun jangan terlalu banyak isi ulang. Kira-kira 5 kali pakai masih oke. Untuk yang biasa minum di mobil, siapkan selalu botol yang sudah diisi penuh agar tidak usah beli lagi.
  3. Lebih baik lagi beli botol minum jadi bisa selalu diisi ulang dan tidak usah beli botol air mineral lagi.
  4. Di negara barat banyak cafe seperti Starbucks sudah mulai membolehkan customer membawa sendiri cangkir atau lebih baik thermos untuk diisi kopi. Kantong plastik masih bisa digunakan lagi. Tapi kalau gelas plastik hanya bisa sekali saja.
Kadang hal ini juga sulit kalau tidak disisipkan dengan insentif untuk para customer. Padahal kalau kita tidak memakai kantong plastik atau gelas plastik dari cafe juga akan mengurangi biaya mereka sehingga menambah untung.
Jadi di negara-negara barat sudah banyak pengusaha yang mau ikut membantu memberikan insentif seperti supermarket yang memberikan diskon bila tidak menggunakan kantong plastik mereka seperti ALDI atau Albertsons. IKEA malah akan memaksa pelanggan untuk membayar untuk kantong plastik. Dengan ini IKEA mengharapkan pelanggan akan mengurangi pemakaian kantong plastik yang mencapai 70 juta kantong per tahun hanya untuk di Amerika.

Singapura mulai menetapkan hari-hari tertentu sebagai “Bring Your Own Bag” Day dimana pelanggan diharuskan membawa kantong mereka sendiri dan yang tidak membawa diharuskan membayar 30 cents yang akan digunakan untuk kegiatan lingkungan. Kantong belanja yang dapat digunakan kembali sekarang menjadi laku keras di Singapura

Bagaimana dengan kita di Indonesia? Apakah kita harus merasa malu untuk menenteng kantong belanja sendiri? Takut dilihat dan ditertawakan orang? Malah kita harus menertawakan mereka yang tidak mengerti akan pentingnya lingkungan dan kurangnya kesadaran untuk mengurangi sampah. Sekarang juga sudah banyak tas belanja dengan design yang unik dan funky juga sehingga anak-anak muda juga tidak merasa minder. Botol minum juga sudah semakin keren jadi tidak merasa seperti anak TK yang membawa botol minum.
Ayo sama-sama kita kurangi sampah plastik kita.

Daur Ulang Sampah Plastik Bisnis yang Menjanjikan dan Ramah Lingkungan


Sampah plastik merupakan fenomena yang tidak dapat terhindarkan hampir disetiap penjuru lingkungan terdapat sampah plastik. Sampah plastik dari sektor pertanian saja setiap tahun mencapai 100 juta ton. Dengan jumlah sebanyak itu kita bisa membungkus bola bumi yang kita tinggali ini sepuluh kali lipat. benar-benar jumlah yang amat berlebihan mengingat angka di atas barulah sampah dari sektor pertanian saja.


Dan sampah plastik selama ini benar-benar hanya dilihat sebagai sampah semata. Hampir-hampir tidak ada yang bisa melihat sisi positif pada sampah plastik, bahkan pemulung pun enggan mengumpulkannya. Padahal sejatinya, sampah plastik ini bisa didaur ulang menjadi bahan baku pembuatan plastik. Permintaan terhadap bahan baku ini pun sangat besar sehingga pabrik pembuatan plastik sering kehabisan stok bahan baku.

Belum lagi kalau dilihat dari sisi penyerapan tenaga kerjanya. Dalam bisnis ini banyak pihak yang bisa terlibat di dalamnya. Misalnya pemulung, penampung, bandar sampah plastik bekas, maupun pemasok ke perusahaan daur ulang sampah plastik.

Di dalam perusahaan/pabrik daur ulang sampah plastik sendiri banyak menampung tenaga kerja dari mulai: tenaga sortir plastik, tenaga giling, tukang pres, tukang jemur, tenaga pengepakan/packing sampai staf administrasi dan keuangan, mereka semua mendapatkan upah yang cukup lumayan dan memadai untuk menunjang kebutuhan hidup sehari-hari.
Usaha daur ulang plastik, juga sangat berperan dalam membantu dan memelihara kebersihan lingkungan. Berbagai sampah plastik tersebut jika dibiarkan akan menjadi timbunan sampah, yang lama-kelamaan merupakan ancaman bencana yang berbahaya, seperti yang belum lama ini terjadi. Berbagai sampah plastik tersebut tidak dapat terurai sehingga tidak ramah atau berbahaya bagi lingkungan.Perspektif bisnis, sosial dan lingkungan inilah yang mendasari Ir Herman Sutirto, MSc mendirikan PLASSBEK, akronim dari dari PLAS-tik BEK-as.
Kegiatan bisnisnya dimulai 8 Mei 2004. Awalnya PLASSBEK hanya melakukan usaha jual-beli plastik daun (plastik lembaran bersih saja). Plastik daun yang kotor dicuci, kemudian dijemur dan langsung dijual, belum menggunakan mesin giling/crusher.
Awal Februari 2005, PLASSBEK mulai memproduksi (menggiling plastik daun/lembaran). Bahkan PLASSBEK bergerak lebih jauh lagi dengan menggandeng BE B.O.S.S. untuk pengembangan usaha ini melalui skemafranchise. Saat ini perusahaan hanya memproduksi/menggiling plastik kelompok film grade yaitu plastik daun/plastik lembaran saja.
Jenis usaha daur ulang sampah plastik merupakan salah satu usaha yang handal dan fleksibel, di mana d permintaan pasar terus meningkat, mengingat hampir semua perusahaan/pabrik biji/pellet plastik daur ulang plastik maupun produk – jadi (End Product) membutuhkan bahan baku plastik daur ulang yang cukup tinggi .
Bahkan pasar dari hasil daur ulang plastik ini bukan hanya di dalam negeri, karena pasar mancanegara justru banyak mencari bahan baku ini. Di pasar Internasional PET daur ulang memiliki nama PET Flakes/PET Regrind dengan size 10 mm. Pasar ekspor menyerap jauh lebih besar daripada pasar domestik. Negara yang banyak memanfaatkan PET Flakes adalah: Taiwan, India, Vietnam, Pakistan, RRC.
Tetapi pasar dalam negeri sendiri pun sampai saat ini masih kekurangan pasokan. Untuk pasar domestik, pada umumnya terbagi menjadi 2 kelompok plastik daur ulang, yaitu: kelompok film grade dan non-film grade seperti sampah plastik lembaran kemasan makanan (kantong gula, tepung, dan lain-lain), kantong belanja (kresek), kantong sampah, pembungkus tekstil, tas, garmen, pembungkus rokok, pembungkus baju/kaos, karung plastik, dan lain-lain. Untuk non-film grade ada botol air mineral, juice, saos, minyak goreng, kosmetik, shampoo, oli, tutup botol, krat botol, ember, mainan, tong sampah, container, pipa PVC, kabel listrik, selang air, plastik gelombang, dan lain-lain.
Semua pabrik plastik daur ulang (recycling) membutuhkan plastik-plastik bekas (sampah plastik) baik dari kelompok film grade (plastik daun) maupun dari non-film grade. Plastik-plastik tersebut sebagai bahan utama/campuran untuk diproses daur ulang menjadi biji/pellet plastik, sehingga dikenal dengan nama biji/pellet plastik daur ulang. Hal ini hanya untuk membedakan dengan biji plastik original (asli).
Karena biji plastik asli sebagian besar masih impor, sehingga harganya cukup mahal (tergantung dolar dan harga minyak dunia). Maka biji/pellet plastik daur ulang dapat menjadi suatu alternatif, dengan harga yang sangat kompetitif. Dan tentu saja bisnis ini sangat prospektif.
disadur dari : http://onlinebuku.com


Anti Sampah Plastik
Sejarah Plastik
Sejak tahun 1950-an plastik menjadi bagian penting dalam hidup manusia. Plastik digunakan sebagai bahan baku kemasan, tekstil, bagian-bagian mobil dan alat-alat elektronik. Dalam dunia kedokteran, plastik bahkan digunakan untuk mengganti bagian-bagian tubuh manusia yang sudah tidak berfungsi lagi. Pada tahun 1976 plastik dikatakan sebagai materi yang paling banyak digunakan dan dipilih sebagai salah satu dari 100 berita kejadian pada abad ini.

Plastik pertama kali diperkenalkan oleh Alexander Parkes pada tahun 1862 di sebuah ekshibisi internasional di London, Inggris. Plastik temuan Parkes disebut parkesine ini dibuat dari bahan organik dari selulosa. Parkes mengatakan bahwa temuannya ini mempunyai karakteristik mirip karet, namun dengan harga yang lebih murah. Ia juga menemukan bahwa parkesine ini bisa dibuat transparan dan mampu dibuat dalam berbagai bentuk. Sayangnya, temuannya ini tidak bisa dimasyarakatkan karena mahalnya bahan baku yang digunakan.

Pada akhir abad ke-19 ketika kebutuhan akan bola biliar meningkat, banyak gajah dibunuh untuk diambil gadingnya sebagai bahan baku bola biliar. Pada tahun 1866, seorang Amerika bernama John Wesley Hyatt, menemukan bahwa seluloid bisa dibentuk menjadi bahan yang keras. Ia lalu membuat bola biliar dari bahan ini untuk menggantikan gading gajah. Tetapi, karena bahannya terlalu rapuh, bola biliar ini menjadi pecah ketika saling berbenturan.

Bahan sintetis pertama buatan manusia ditemukan pada tahun 1907 ketika seorang ahli kimia dari New York bernama Leo Baekeland mengembangkan resin cair yang ia beri nama bakelite. Material baru ini tidak terbakar, tidak meleleh dan tidak mencair di dalam larutan asam cuka. Dengan demikian, sekali bahan ini terbentuk, tidak akan bisa berubah. Bakelite ini bisa ditambahkan ke berbagai material lainnya seperti kayu lunak.
Tidak lama kemudian berbagai macam barang dibuat dari bakelite, termasuk senjata dan mesin-mesin ringan untuk keperluan perang. Bakelite juga digunakan untuk keperluan rumah tangga, misalnya sebagai bahan untuk membuat isolasi listrik.

Rayon, suatu modifikasi lain dari selulosa, pertama kali dikembangkan oleh Louis Marie Hilaire Bernigaut pada tahun 1891 di Paris. Ketika itu ia mencari suatu cara untuk membuat sutera buatan manusia dengan cara mengamati ulat sutera. Namun, ada masalah dengan rayon temuannya ini yaitu sangat mudah terbakar. Belakangan masalah ini bisa diatasi oleh Charles Topham.


Demam Plastik
Tahun 1920 ditandai dengan demam plastik. Wallace Hume Carothers, ahli kimia lulusan Universitas Harvard yang mengepalai DuPont Lab, mengembangkan nylon yang pada waktu itu disebut Fiber 66. Fiber ini menggantikan bulu binatang untuk membuat sikat gigi dan stoking sutera. Pada tahun 1940-an nylon, acrylic, polyethylene, dan polimer lainnya menggantikan bahan-bahan alami yang waktu itu semakin berkurang.




novasi penting lainnya dalam plastik yaitu penemuan polyvinyl chloride (PVC) atau vinyl. Ketika mencoba untuk melekatkan karet dan metal, Waldo Semon, seorang ahli kimia di perusahaan ban B.F. Goodrich menemukan PVC. Semon juga menemukan bahwa PVC ini adalah suatu bahan yang murah, tahan lama, tahan api dan mudah dibentuk.
Pada tahun 1933, Ralph Wiley, seorang pekerja lab di perusahaan kimia Dow, secara tidak sengaja menemukan plastik jenis lain yaitu polyvinylidene chloride atau populer dengan sebutan saran. Saran pertama kali digunakan untuk peralatan militer, namun belakangan diketahui bahwa bahan ini cocok digunakan sebagai pembungkus makanan. Saran dapat melekat di hampir setiap perabotan seperti mangkok, piring, panci, dan bahkan di lapisan saran sendiri. Tidak heran jika saran digunakan untuk menyimpan makanan agar kesegaran makanan tersebut terjaga.
Pada tahun yang sama, dua orang ahli kimia organik bernama E.W. Fawcett dan R.O. Gibson yang bekerja di Imperial Chemical Industries Research Laboratory menemukan polyethylene. Temuan mereka ini mempunyai dampak yang amat besar bagi dunia. Karena bahan ini ringan serta tipis, pada masa Perang Dunia II bahan ini digunakan sebagai pelapis untuk kabel bawah air dan sebagai isolasi untuk radar.
Pada tahun 1940 penggunaan polyethylene sebagai bahan isolasi mampu mengurangi berat radar sebesar 600 pounds atau sekitar 270 kg. Setelah perang berakhir, plastik ini menjadi semakin populer. Saat inipolyethylene digunakan untuk membuat botol minuman, jerigen, tas belanja atau tas kresek, dan kontainer untuk menyimpan makanan.
Kemudian pada tahun 1938 seorang ahli kimia bernama Roy Plunkett menemukan teflon. Sekarang teflon banyak digunakan untuk melapisi peralatan memasak sebagai bahan antilengket.
Selanjutnya, seorang insinyur Swiss bernama George de Maestral sangat terkesan dengan suatu jenis tumbuhan yang menggunakan ribuan kait kecil untuk menempelkan dirinya. Lalu pada tahun 1957 de Maestral meniru tumbuhan tersebut untuk membuat Velcro atau perekat dari bahan nylon.

Mengapa Sampah Plastik Itu Didaur Ulang?

Namanya saja sampah tentu sudah tak digunakan dengan beragam sebab. Selain telah bercampur dengan beragam zat atau unsur berbahaya, sampah mestinya dimusnahkan. Jika sampah didaur ulang, tentunya sampah tak lagi hilang tetapi hanya berganti bentuk. Lagi-lagi, sampah akan mengotori kehidupan kita. Dan itu lebih berbahaya jika sampah itu dibuat dari plastik. Sebuah kisah pagi yang mudah-mudahan bermanfaat.

Di sebuah daerah, ada pengusaha memanfaatkan sampah plastic. Sampah-sampah plastic itu dikirim oleh truk-truk setiap periode tertentu. Lalu, sampah plastic itu dicincang atau dipotong kecil-kecil. Selanjutnya, plastic itu dicuci dan dijemur agar mengering. Setelah kering, sampah plastic itu dibersihkan dari zat pewarna. Dengan proses kimiawi, warna sampah plastic itu berubah menjadi putih kembali. Maka, jadilah bijih plastic daur ulang yang siap digunakan untuk memproduksi beragam bentuk peralatan.





Sampah plastic termasuk sampah anorganik. Itu berarti bahwa sampah plastic tidak dapat dihancurkan oleh bakteri tanah. Sampah plastic akan tetap bertahan puluhan tahun, bahkan selama-lamanya. Sungguh sampah plastic itu teramat berbahaya bagi kesuburan tanah. Oleh karena itu, sampah plastic mestinya dihancurkan dan tidak dibuang sembarang tempat.
Mungkin didesak oleh kebutuhan hidup, banyak orang memanfaatkan sampah-sampah plastic itu. Banyak pengusaha mengambil celah “bisnis” dengan menjadi pengepul dan pengusaha peralatan yang dibuat dari plastic. Karena bijih plastic asli begitu mahal, banyak pengusaha menyiasatinya dengan mendaur ulang sampah plastic. Secanggih apapun peralatan yang digunakan, tentunya sampah-sampah itu telah tercemar oleh beragam zat berbahaya.





Warga merasa mendapat kesempatan. Maka, mereka berlomba-lomba menjadi pemulung sampah plastic. Mereka mendatangi sampah-sampah di Tempat Pembuangan Sampah (TPS). Sampah-sampah plastic itu dipungut dan lalu dikumpulkan. Dalam jumlah tertentu, plastic itu dibedakan menurut jenisnya. Selanjutnya, plastic itu dijual kepada para pengusaha untuk didaur ulang. Begitulah aktivitas keseharian yang terlihat di tempat-tempat pembuangan sampah.
Tentunya kegiatan itu perlu diperhatikan pemerintah. Meskipun memang masyarakat memerlukan bantuan dengan penyediaan lapangan pekerjaan, kegiatan mendaur ulang sampah plastic perlu dihentikan. Sampah-sampah itu sudah jelas-jelas bekas dipakai, lalu dibuang dan bercampur dengan beragam zat berbahaya lainnya. Sebersih apapun proses pencuciannya, tidak semua bakteri mati atau hilang dari sampah plastic itu.
Pemerintah perlu bergerak cepat agar pencemaran itu tidak mengarah kepada penggunaan peralatan yang dibuat dari sampah plastic daur ulang. Kesehatan masyarakat perlu menjadi prioritas karena jenis bakteri yang kebal terhadap proses pencucian sungguh merupakan bakteri yang teramat berbahaya. Dipanaskan dan diproses sedemikian lengkapnya saja tidak bisa mati, bagaimana nasib orang yang menggunakannya?
Melalui pengerahan aparat terkait, seharusnya pemerintah bergerak dan membina pengusaha itu agar mencari pekerjaan lain yang tidak membahayakan manusia lainnya. Memang pengusaha dan semua orang yang terkait akan mendapat keuntungan dari proses daur ulang sampah plastic itu. Namun, banyak orang justru menjadi korban karena penyakit baru yang akan diidapnya. Apakah pemerintah masih akan mendiamkan kegiatan itu? Sebelum terlambat, sebaiknya pemerintah bersikap tegas!
Sumber gambar: Sini

Sampah Plastik Itu Kini Digemari Pembeli Asing
JAKARTA, KOMPAS.com — Berawal dari melihat sampah yang berserakan setelah terjadinya gempa di Bantul, Yogyakarta, yang terjadi pada tahun 2007, Agustina Sunyi, tergerak untuk mengolah barang yang tidak berguna itu menjadi berbagai macam kerajinan yang menarik. "Saya baru mulai Juni 2009. Belum pernah usaha sebelumnya. Pernah kerja sebagai karyawan di Gramedia," tutur Agustina, pemilik dari usaha Kreasi Limbah Plastik "Sumber Rejeki" kepada Kompas.com, dalam pameran kerajinan di Jakarta Convention Centre, Senayan, beberapa waktu yang lalu.

Ia menyebutkan, awalnya hanya sekadar iseng. Keisengannya ini pun akhirnya mampu dikembangkannya melalui sebuah proses. Agustina yang juga merupakan kader gizi posyandu di wilayahnya, bersama dengan kader yang lain, mengadakan kunjungan ke tempat pengolahan sampah (TPS) pada 2008.
Di TPS itu, ada juga pengolahan sampah yang menghasilkan berbagai produk kerajinan, di antaranya tas yang dibuat dari bekas plastik-plastik kemasan produk. "Saya beli tas (dari kemasan) Molto di tempat pengolahan sampah. Saya pun tertarik untuk buat. Sayangnya, saya enggak bisa jahit," cerita dia.




Nah, meskipun ia tidak mampu menjahit, ia pun tidak putus asa. Kemudian, ia mengajak ibu-ibu di sekitar tempat tinggalnya untuk, pertama, pilah-pilah sampah. Baru setahun kemudian, yaitu tahun 2009, ia mempunyai niat untuk kursus menjahit. "Nyoba-nyoba belajar nyambung dulu, seperti buat produk taplak, yang mudah," ujarnya.
Akhirnya, ia pun mengajak teman-temannya yang bisa menjahit. Ada tiga orang yang membantunya untuk menjahit. Modal atau bahan bakunya pun didapatkan dari mengumpulkan sampah dari rumah masing-masing. "Barang yang sudah dibuat, saya pakai waktu ada pertemuan di kelurahan. Ya, pamer buatan sendiri. Terus ada yang minta buatin," sebutnya sembari tertawa.
Alhasil, ia pun mendapatkan kenalan untuk menjualkan produknya. "Akhirnya punya semangat untuk nambah koleksi, seperti tempat tisu, dompet, dan lainnya," tambahnya.
Ia yang bertempat tinggal di Bantul ini, akhirnya dapat memasarkan produknya sampai Jakarta. Pesanan pun terus membanjir. Bahkan, karena usahanya yang semakin besar ini, ia diajak pengurus di kecamatannya untuk pameran di Benteng Vredeburg, di Yogyakarta pada Juni 2009.
Karena pameran tersebut, ia pun menambah lagi produksinya. Bahan bakunya pun ia tambah dengan cara membeli dari TPS. "Waktu pameran, ternyata ada penjual produk yang sama. Tapi saya lebih laris, karena variasi produknya lebih banyak dan saya kasih harga promosi," ujar ibu dari tiga anak ini.
Dari pameran itulah, mulai banyak pemesanan, bahkan konsumen yang berkunjung langsung ke rumah untuk melihat proses produksinya. "Dari situ berdatangan pembeli, termasuk buyer dari Jerman. Ada 18 item yang dibeli. Satu item dibeli dengan jumlah dua lusin," tambah dia.
Akhirnya, ia pun menambah jumlah pekerjanya termasuk tenaga penjahit menjadi 20 orang. Tidak hanya itu, pembeli pun banyak memberikan ide untuk menambah kreasi produknya. "Bahkan, ada sampel produk saya yang sudah dikirim ke Kanada," ujar dia.
Ada juga, lanjut dia, buyer yang membeli sekitar 500 buah produk, tapi dia kurang tahu akan dijual ke negara mana. Sekalipun menambah jumlah pekerja, ibu ini pun tidak tinggal diam. "Saya harus buat juga. Saya harus bisa," imbuhnya.
Memang, ia yang enggan menyebutkan detail berapa hasil penjualannya ini hanya berujar pendapatannya pasang surut. Penghasilannya besar jika ada pameran atau pesanan partai besar.
Kini, usahanya pun berhasil menarik perhatian para mahasiswa untuk belajar mengelola sampah. Rumah usahanya pun pernah dikunjungi oleh mahasiswa dari Universitas Tulang Bawang, Lampung. Dengan pekerjaannya ini, ia berhasil membantu suami untuk menyekolahkan anaknya yang kini telah menginjak perguruan tinggi dan sekolah menengah atas. Bahkan, ia pun telah membuat buku panduan untuk mengolah produk buangan, dan sering diajak untuk memberikan pelatihan


Mari jaga bumi kita mulai dari diri kita..

3R (Reuse Reduce Recycle) Sampah

Posted on
3R atau Reuse, Reduce, dan Recycle sampai sekarang masih menjadi cara terbaik dalam mengelola dan menangani lingkungan dengan berbagai permasalahannya. Penerapan sistem 3R atau reuse, reduce, dan recycle menjadi salah satu solusi kerusakan lingkungan. di samping mengolah sampah menjadi kompos atau meanfaatkan sampah menjadi sumber listrik (PLTSa; Pembangkit Listrik Tenaga Sampah). Justru pengelolaan sampah dengan sistem 3R (Reuse Reduce Recycle) dapat dilaksanakan oleh setiap orang dalam kegiatan sehari-hari.
3R terdiri atas reuse, reduce, dan recycle. Reuse berarti menggunakan kembali sampah yang masih dapat digunakan untuk fungsi yang sama ataupun fungsi lainnya. Reduce berarti mengurangi segala sesuatu yang mengakibatkan sampah. Dan Recycle berarti mengolah kembali (daur ulang) sampah menjadi barang atau produk baru yang bermanfaat.
Melakukan 3R (Reuse Reduce Recycle) Setiap Hari. Mengelola sampah dengan sistem 3R (Reuse Reduce Recycle) dapat dilakukan oleh siapa saja, kapan saja (setiap hari), di mana saja, dan tanpa biaya. Yang dibutuhkan hanya sedikit waktu dan kepedulian kita.
Berikut adalah kegiatan 3R (Reuse Reduce Recycle) yang dapat dilakukan di rumah, sekolah, kantor, ataupun di tempat-tempat umum lainnya.
Contoh kegiatan reuse sehari-hari:
  • Pilihlah wadah, kantong atau benda yang dapat digunakan beberapa kali atau berulang-ulang. Misalnya, pergunakan serbet dari kain dari pada menggunakan tissu, menggunakan baterai yang dapat di charge kembali.
  • Gunakan kembali wadah atau kemasan yang telah kosong untuk fungsi yang sama atau fungsi lainnya. Misalnya botol bekas minuman digunakan kembali menjadi tempat minyak goreng.
  • Gunakan alat-alat penyimpan elektronik yang dapat dihapus dan ditulis kembali.
  • Gunakan sisi kertas yang masih kosong untuk menulis.
  • Gunakan email (surat elektronik) untuk berkirim surat.
  • Jual atau berikan sampah yang terpilah kepada pihak yang memerlukan
Contoh kegiatan reduce sehari-hari:
  • Pilih produk dengan kemasan yang dapat didaur ulang.
  • Hindari memakai dan membeli produk yang menghasilkan sampah dalam jumlah besar.
  • Gunakan produk yang dapat diisi ulang (refill). Misalnya alat tulis yang bisa diisi ulang kembali).
  • Maksimumkan penggunaan alat-alat penyimpan elektronik yang dapat dihapus dan ditulis kembali.
  • Kurangi penggunaan bahan sekali pakai.
  • Gunakan kedua sisi kertas untuk penulisan dan fotokopi.
  • Hindari membeli dan memakai barang-barang yang kurang perlu.
Contoh kegiatan recycle sehari-hari:
  • Pilih produk dan kemasan yang dapat didaur ulang dan mudah terurai.
  • Olah sampah kertas menjadi kertas atau karton kembali.
  • Lakukan pengolahan sampah organic menjadi kompos.
  • Lakukan pengolahan sampah non organic menjadi barang yang bermanfaat.
3R atau Reuse, Reduce, dan Recycle sebenarnya sederhana dapat dilakukan oleh siapa saja, di mana saja, dan kapan saja serta tidak membutuhkan biaya yang besar. Namun dari 3R yang sederhana ini bisa memberikan dampak yang signifikan bagi penanganan sampah yang sering menjadi permasalahan di sekitar kita. Ingin melihat dampaknya, langsung saja dicoba!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Subject, Verb, Complement & Modifier

Keterkaitan antara Perusahaan dengan Bisnis

elemen-elemen koperasi